Archive for November, 2011



Kisah ini di ambil dari sahabat karibku Misbahul Choir teman semasa menempuh ilmu di Tambak beras Jombang.Dengan gigih akhirnya dia di beri izin oleh Alloh SWT menyingkap misteri Syi’ir Tanpo Waton,Mari kita simak kisahnya :

di awal tahun 2011 pertama kali aku mendengar syiir tanpo waton di karang nongko di acara pengajiannya kiai husain, rutinan malam pitulasan. syiir tersebut di kumandangkan sebelum dan sesudah pengajian, syiirnya begitu menyentuh kalbu, dan mulai bait awal sampai akhir penuh makna, seluruh syiir tersebut mengandung ajaran mulai dasar sampai ke ajaran yg lebih tinggi, andai ada orang yg baru masuk islam dan hanya syiir an ini jd pegangan insya Allah dia selamat dunia akhirat

setelah selesei mengaji aku minta syiiran ini dari para santri melalui bleutoot dari hp ke hp

sesampai di rumah aju dengarkan lagi syiiran ini,tanpa bisa di cegah hati tergetar , perasaan begitu syahdu….air mata jatuh bercucuran, setiap kali ku ulangi syiiran ini aku menangis tersedu….begitu kuat daya magis syiir tanpo waton ini

beberapa bulan kemudian ketika aku pergi ketulangan sidoarjo ke rumahnya gus yusup, di rumah gus yusup sudah ada tamu seorang tua yg memakai busana muslim tapi lusuh sekali, aku tidak tahu siapa orang tua ini, tiba – tiba hpku berdering dan kebetulan nada deringnya adalah syiir tanpo waton, orang tua ini meneruskan syiir tanpo waton dari hpku dg suara yg lembut tapi serak sekali dan kulihat matanya mulai berkaca – kaca, singkat kata kami akhirnya membahas syiir tanpo waton ini, berkali kali aku bertanya kepada orang tua ini arti kata yg tidak aku mengerti di syiir tanpo waton ini, orang tua ini menjawab dg sangat gamblang sekali, aku bersyukur di pertemukan dg orang tua ini, lewat gus yusup akhirnya aku tahu siapa sebenarnya orang ini, orang ini adalah teman gus yusup yg setiap kali kalau gus yusup mengalami kegundahan dalam hatinya orang ini datang dg tiba tiba tanpa di undang ke rumah gus yusup dan memberi jalan keluar

setelah kami mengobrol cukup lama gus yusup bilang padaku kalau syiir tanpo waton ini bukan karangan gus dur dan yg melagukan juga bukan gus dur tapi gus nizam dari wonoayu sidoarjo, dan orang tua ini mengamini apa yg dibilang oleh gus yusup, aku bertanya dalam hati benarkah berita ini…

seiring dg waktu aku mulai melupakan peristiwa ini, dan aku masih yakin kalau yg mengarang dan melagukan syiiran ini adalah gus dur bukan gus nizam,

sampai dua hari yg lalu, malam 15 bulan puasa aku di telp oleh putra kiai djalil yg menanyakan siapa sebenarnya pengarang dan yang melagukan syiir tanpo waton, katanya ada yg bilang bukan gus dur yg melagukan, aku teringat peristiwa di tulangan waktu itu, dan kusampaikan kpd putra kiai djalil ini bahwa memang ada yg mengatakan begitu, yaitu bahwa yg mengarang dan melagukan syiir tanpo waton itu gus nizam bukan gus dur. putra kiai djalil ini minta tolong kepadaku supaya mencari info yg sebenarnya..

aku mulai mencari info dan alhamdulillah info ini ku dapat dari orang yg bernama supri dari wonoayu sidoarjo, beliau bercerita :

Diawal bulan Mei 2011 itulah pertama saya mendengarkan syiir ini ditengah-tengah ribuan jamaah dari berbagai penjuru dusun, desa, kecamatan, kota dan luar kota. Ketika mendengar syiir ini hati, akal pikiran dan seluruh badan terasa gemetar seperti mendapatkan pancaran Nur Ilahi. Sejak itulah saya mencoba menelusuri jejak syiir ini apakah Gus Nizam (pengasuh ponpes Ahlus Shafa wal Wafa Simoketawang, Wonoayu, Sidoarjo) yang menciptakan atau ada orang lain dibalik terciptanya syiir ini. Karena sejak awal pertama kali mendengar syiir ini saya meyakini bahwa bukan orang biasa yang membuat syiir ini katakanlah sekelas waliyullah.

Untuk menapaki jejak syiir ini langkah pertama yang saya ambil adalah mencari di dunia maya melalui bantuan Google, begitu tulisan “syiir tanpo wathon“ saya masukkan dan mesin pencari bekerja seketika web/blog yang mengulas syiir ini langsung terpampang semua. Ohh… ternyata syiir ini diciptakan oleh Almaghfirullah Gus Dur. Dalam hati berkata pantas saja syiir ini begitu mendalam maknanya.

Sebagai seorang lulusan S1 yang pernah melakukan penelitian, insting untuk mencari kebenaran syiir ini mulai muncul dibenak saya. Tak lama kemudian sekitar awal bulan Juni 2011 syiir ini dikumandangkan setiap menjelang adzan shalat fardhu di radio Yasmara Kembang Kuning Surabaya. Sejak itulah syiir ini menjadi gelombang tsunami yang menghantam relung-relung hati dan jiwa orang-orang yang beriman. Satu bulan berikutnya sekitar awal bulan Juli 2011 muncullah CD yang beredar dipasaran melantunkan syiir ini yang disertai vidio klip foto-foto almarhum Gus Dur.

Jejak demi jejak kami telusuri, ternyata syiir ini beredar di dunia maya sejak bulan Nopember 2011 dan yang menyebarkan syiir ini adalah komunitas Gusdurian (pengidola Gus Dur). Semua vidio klip suaranya seragam dilantunkan satu orang, yang hampir semua orang itu meyakini suara Gus Dur, namun setelah memutar beberapa kali suaranya memang mirip suara Almarhum Gus Dur, tetapi suara itu terdengar ketika Gus Dur masih muda. Hatipun bertanya-tanya kalau benar ini suaranya Gus Dur seharusnya syiir ini booming sejak Gus Dur masih hidup.

Jejak setapak terus saya telusuri, suaranya yang masih muda mengingatkan saya pada sosok KH. Mohammad Nizam As-Shofa, Lc dan ternyata betul suara ini mirip sekali dengan suara khas Gus Nizam cucu dari guru mursyid tarekat (almarhum) Hadhratus as-Syaikh al-Mukarram KH. Sahlan Thalib, Krian, Sidoarjo. KH. Sahlan merupakan seorang guru mursyid yang telah menelorkan beberapa orang wali seperti Almaghfirullah Mbah ‘Ud Pagerwojo, Sidoarjo dan juga Almaghfirullah KH. Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam (Pengasuh Ponpes Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah) Turen, Malang.

Langkah setapak untuk menelusuri jejak syiir ini terus saya langkahkan, sudah saatnya saya mencari informasi dari dalam Ponpes Ahlus Shofa wal Wafa melalui jamaah yang sudah lama ikut maupun para pengurus-pengurusnya. Setapak demi setapak membuahkan hasil. Seorang jamaah yang sejak 2007 telah mengikuti pengajian di ponpes ini menjelaskan bahwa sejak pertama kali saya ikut pengajian disini, syiir ini sudah rutin dilantunkan bersama jamaah setelah selesai pengajian. Dan ketika saya bertanya kepada salah satu pimpinan pengurus di ponpes ini, beliau mengatakan saya sudah hafal syiir ini sejak 4 tahun yang lalu, maksudnya adalah sejak awal 2007.

Kemudian saya teringat dengan CD yang memuat pengajian bulan ramadhan tahun 2008 yang didalamnya terdapat file syiir tanpo wathon. Saya coba melihat properteisnya dan ternyata file ini direkam sejak bulan Pebruari 2007.

Puncak pendakian gunung syiir tanpo wathon ini sudah hampir kelihatan, itu artinya langkah setapak tinggal sedikit lagi. Langkah yang berat terus saya lakukan untuk mencapai puncak sejarah dari syiir ini. Dan Alhamdulillah Gus Nizam menunjukkan jalan setapak yang terakhir dari puncak syiir ini, bahwa syiir ini beliau ciptakan sejak tahun 2004. Di versi pertama syiir ini lebih panjang dua bait, kemudian diversi kedua tahun 2007 dua bait tersebut dihapus. Dan versi kedua itulah yang beredar luas dan syiir ini kemudian diakui oleh Gusdurian (pengidola Gus Dur) sebagai syiirnya Gus Dur.

Sebagai pencipta dan pelantun syiir tanpo wathon ini, Gus Nizam bersyukur sekali syiir ini beredar luas dimasyarakat dengan kebesaran nama Guru Bangsa kita yaitu Gus Dur. Kuatnya label kewalian Gus Dur yang samakin hari semakin berjubel, puluhan ribu peziarah terus memadati makam Almaghfirullah Gus Dur. Gus Nizam juga mengaku senang sekali jika syiir ini ditempelkan atau nisbatkan ke Gus Dur. Karena Gus Nizam sendiri mengakui bahwa Gus Dur merupakan salah seorang waliyullah. Itu terbukti disetiap pengajiannya hadiah Al-Fatihah selalu dikirimkan ke Almagfirullah Gus Dur untuk mendapatkan keberkahannya.

Langkah menapaki puncak syiir ini telah sampai pada puncaknya. Pencipta dan pelantun syiir tanpo wathon adalah KH. Mohammad Nizam As-Shafa, Lc. Pengasuh Ponpes Ahlus Shafa wal Wafa, Simoketawang, Wonoayu, Sidoarjo. Beliau merupakan guru pembimbing tarekat Naqsyabandiyah, beliau membuka pengajian tasawuf setiap Rabu malam yang diikuti oleh ribuan jamaah putra-putri. Kitab yang dikaji adalah Kitab Jami’ul Ushul Fil Auliya’ (Syaikh Ahmad Dhiya’uddin Musthofa Al-Kamisykhonawy) & kitab Al-Fathur Rabbani wal Faidlur Rahmany (Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani) setiap Rabu jam 21.30 WIB.

semoga bermanfaat dan salam MBoizz selalu
By Misbahul Choir


Kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah, maka cinta yang lain hanya upaya menunjukkan cinta padaNya#

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun#

Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya#

Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya#

Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta#

Ia bersihkan dg hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya#

Semuany dilakukan dg mata gerimis dan hati menangis. Muhammad bin ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumny!#

Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah#

Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam#

Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!#

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan#

Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi#

Lelaki yg m’bela Islam dg harta & jiwa sejak awal2 risalah. Lelaki yg iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq#

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi?#

Abu Bakr lbh utama, mungkin krn ia bkn kerabat dekat Nabi spt ’Ali, namun keimanan & pembelaannya pd Allah dan RasulNya tak tertandingi#

Lihatlah bgmn Abu Bakr mnj kawan perjalanan Nabi dlm hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau unt menanti maut di ranjangnya#

.Lihatlah juga bgmn Abu Bakr berda’wah. Lihatlah brp bny tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr#

Lihatlah brp bny budak muslim yg dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud#

Dan siapa budak yg dibebaskan ’Ali? Dari finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa m’bahagiakan Fathimah#

’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin#

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku#

” Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan#

waktu berlalu, tnyt Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yg layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. ’Ali terus menjaga semangatnya#

Ah, ujian itu rupanya blm berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa,#

seorang lelaki yg sejak msk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka,#

seorang laki-laki yang membuat syeitan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut#

’Umar bin Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah#

’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr#

Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman?#

Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin?#

lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa sering Nabi b’kt, ”Aku datang brsm Abu Bakr & ’Umar,aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar#

aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah#

Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya#

’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau nabi Saw#

Maka ali hny berani b’jalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang2 gundukan bukit pasir. Menanti dan b’sembunyi#

’Umar telah brk sblmny. Ia thawaf 7 kali, lalu naik ke atas Ka’bah.”Wahai Quraisy”, katany. ”Hari ini putera Al Khaththab akn berhijrah#

Barangsiapa yg ingin isterinya menjanda, anakny mnj yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!#

”’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dlm pandangan org, dia pemuda yang belum siap menikah#

Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha. Mencintai tak berarti harus memiliki#

Mencintai berarti pengorbanan untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Cinta tak pernah meminta untuk menanti#

Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan#

Maka ’Ali bingung ketika mendgr kabar Lamaran ’Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi?#

Spt ’Utsman sang miliarder kah yg telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah?#

Yang seperti Abul ’Ash bin Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah?#

Ah, 2 menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang percayaan diri. Di antara Muhajirin hny ’Abdurrahman bin ’Auf yg setara dg mrk#

Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka?#

Sa’d bin Mu’adz kah,sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d bin ’Ubadah, pemimpin Khazraj yg lincah penuh semangat itu?#

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan#

”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..#

”Aku?”, tanyanya tak yakin.”Ya. Engkau wahai saudaraku!””Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”#

”Kami di belakangmu, kwn! Smg Allah menolongmu!”’Ali pun menghadap Sang Nabi#

Dg memberanikan diri, disampaikannya keinginannya unt menikahi Fathimah#

Ya, menikahi. Ia tahu, scr ekonomi tak ada yg m’janjikan pd diriny. Hny ada 1 set baju besi ditambah persediaan tepung kasar unt makan#

Tp meminta wkt 2-3 th untk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikanny di batas wkt hingga ia siap? Itu sangat kekanakan#

Usianya tlah b’kepala 2. ”kau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraniny mengingatkan. Pemuda yg siap btanggungjawab atas rasa cintany#

Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya#

Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya?#

Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan#

Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko#

kejelasan jauh lebih ringan drpd mnanggung beban tny yg tak kunjung b’jawab. Apalagi menyimpannya dlm hati sbg bahtera tanpa pelabuhan#

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?””Entahlah..””Apa maksudmu?#

”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!””Dasar ali!”, kata mrk, satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua!#

Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!#

”Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya#

Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang#

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Skr! Bukan janji2#

Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!#

”Inilah jln cinta para pejuang. Jln yg mempertemukan cinta &perasaan dg tanggungjawab.Dan di sini, cinta tak pernah meminta utk menanti#

Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian#

Dan bagi pencinta sejati, selalu ada yang manis dalam mencecap keduanya#

Di jalan cinta para pejuang, kita belajar untuk bertanggungjawab atas setiap perasaan kita#
“Salam MBoizz selalu”
by Anis Syaidah