Archive for Juli 15, 2010



Abu Nawas belum kembali. Kata istrinya ia bersama seorang Pendeta dan seorang Ahli Yoga sedang melakukan pengembaraan suci. Padahal saat ini Baginda amat membutuhkan bantuan Abu Nawas. Beberapa hari terakhir ini Baginda merencanakan membangun istana di awang-awang. Karena sebagian dari raja-raja negeri sahabat telah membangun bangunan-bangunan yang luar biasa.

Baginda tidak ingin menunggu Abu Nawas lebih lama lagi. Beliau mengutus beberapa orang kepercayaanya untuk mencari Abu Nawas. Mereka tidak berhasil menemukan Abu Nawas kerena Abu Nawas temyata sudah berada di rumah ketika mereka baru berangkat.

Abu Nawas menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Baginda amat riang. Saking gembiranya beliau mengajak Abu Nawas bergurau. Setelah saling tukar menukar cerita-cerita lucu, lalu Baginda mulai mengutarakan rencananya.

“Aku sangat ingin membangun istana di awang-awang agar aku lebih terkenal di antara raja-raja yang lain. Adakah kemungkinan keinginanku itu terwujud, wahai Abu Nawas?”
“Tidak ada yang tidak mungkin diiakukan di dunia ini Paduka yang mulia.” kata Abu Nawas berusaha mengikuti arah pembicaraan Baginda.
“Kalau menurut pendapatmu hal itu tidak mustahil diwujudkan maka aku serahkan sepenuhnya tugas ini kepadamu.” kata Baginda puas.

Abu Nawas terperanjat. Ia menyesal telah mengatakan kemungkinan mewujudkan istana di awang-awang. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Kata-kata yang telah terlanjur didengar oleh Baginda tidak mungkin ditarik kembali. Baginda memberi waktu Abu Nawas beberapa minggu. Rasanya tak ada yang lebih berat bagi Abu Nawas kecuali tugas yang diembannya sekarang. Jangankan membangun istana di langit, membangun sebuah gubuk kecil pun sudah merupakan hal yang mustahil dikerjakan.

Hanya Tuhan saja yang mampu melakukannya. Begitu gumam Abu Nawas. Hari-hari berlalu seperti biasa. Tak ada yang dikerjakan Abu Nawas kecuali memikirkan bagaimana membuat Baginda merasa yakin kalau yang dibangun itu benar-benar istana di langit. Seluruh ingatannya dikerahkan dan dihubung-hubungkan. Abu Nawas bahkan berusaha menjangkau masa kanak-kanaknya. Sampai ia ingat bahwa dulu ia pemah bermain layang-layang. Dan inilah yang membuat Abu Nawas girang. Abu Nawas tidak menyia-nyiakan waktu lagi. Ia bersama beberapa kawannya merancang layang-layang raksasa berbentuk persegi empat. Setelah rampung baru Abu Nawas melukis pintu-pintu serta jendela-jendela dan ornamen-omamen lainnya. Ketika semuanya selesai Abu Nawas dan kawan-kawannya menerbangkan layang-layang raksasa itu dari suatu tempat yang dirahasiakan.

Begitu layang-layang raksasa berbentuk istana itu mengapung di angkasa, penduduk negeri gempar. Baginda Raja girang bukan kepalang. Benarkah Abu Nawas berhasil membangun istana di langit? Dengan tidak sabar beliau didampingi beberapa orang pengawal bergegas menemui Abu Nawas. Abu Nawas berkata dengan bangga.

“Paduka yang mulia, istana pesanan Paduka telah rampung.”

“Engkau benar-benar hebat wahai Abu Nawas.” kata Baginda memuji Abu Nawas.
“Terima kasih Baginda yang mulia.” kata Abu Nawas.
“Lalu bagaimana caranya aku ke sana?” tanya Baginda.
“Dengan tambang, Paduka yang mulia.” kata Abu Nawas.
“Kalau begitu siapkan tambang itu sekarang. Aku ingin segera melihat istanaku dari dekat.” kata Baginda tidak sabar.
“Maafkan hamba Paduka yang mulia. Hamba kemarin lupa memasang tambang itu. Sehingga seorang kawan hamba tertinggal di sana dan tidak bisa turun.” kata Abu Nawas.
“Bagaimana dengan engkau sendiri Abu Nawas? Dengan apa engkau turun ke bumi?” tanya Baginda.
“Dengan menggunakan sayap Paduka yang mulia.” kata Abu Nawas dengan bangga.
“Kalau begitu buatkan aku sayap supaya aku bisa,terbang ke sana.” kata Baginda. “Paduka yang mulia, sayap itu hanya bisa diciptakan dalam mimpi.” kata Abu Nawas menjelaskan.

“Engkau berani mengatakan aku gila sepertimu?” tanya Baginda sambil melotot. “Ya, Baginda. Kurang lebih seperti itu.” jawab Abu Nawas tangkas.

“Apa maksudmu?” tanya Baginda lagi. “Baginda tahu bahwa. membangun istana di awang-awang.adalah pekerjaan yang mustahil dilaksanakan. Tetapi Baginda tetap menyuruh hamba mengerjkannya, sedangkan hamba tahu bahwa pekerjaan itu mustahil dikerjakan. Tetapi hamba tetap menyanggupi titah Baginda yang tidak masuk akal itu.” kata Abu Nawas berusaha meyakinkan Baginda.

Tanpa menoleh Baginda Raja kembali ke istana diiring para pengawalnya. Abu Nawas berdiri sendirian sambil memandang ke atas melihat istana terapung di awang-awang.

“Sebenarnya siapa diantara kita yang gila?” tanya Baginda mulai jengkel. “Hamba kira kita berdua sama-sama tidak waras Tuanku.” jawab Abu Nawas tanpa ragu.

“Salam Mbois”


Kewajiban ibadah haji,masjid yg harus menghadap ke mekkah sebagai kiblat,serta sholat yang harus dilakukan oleh setiap muslim dgn menghadap Ka’bah sebagai syarat.Semuanya itu merupakan dorongan keagamaan untuk mempelajari Ilmu Bumi.Apalagi wilayah Islam pada waktu itu sangat luas,di mana-mana jama’ah Haji harus menempuh jarak yg amat jauh,yg kadang-kadang ditempuh selama berbulan-bulandgn melewati berbagai negara asing.Sedangkan kendaraan yg digunakan waktu itu hanyalah kuda,unta,serta perahu layar.Laporan yg dibukukan oleh jama’ah haji itu akhir-akhir ini di akui oleh para sarjana Barat lebih baik dari laporan perjalanan orang Eropa,karena laporan perjalanan para jama’ah haji itu lebih banyak mengutamakan nilai ilmiah dari pada pemberitaan perjalanan.Sementara itu antara abad ke 7 dan ke 9 M,para pedagang muslim telah sampai di Tiongkok di sebelah timur,baik lewat darat maupun lewat laut,telah mendarat di pulau Zanzibar dan pantai timur Afrika disebelah selatan,menerobos ke Rusia disebelah utara sedangkan ke barat sampai ke Samudera Antlantik.Laporan dari para pedagang itulah yg mendorong para sarjana muslim untuk mengembara ke negeri-negeri yg jauh.

Stelah buku Geografi karangan Ptolemios disalin dalam bahasa Arab,kemudian di gunakan sebagai pola oleh Al-Khawarizmi untuk menyusun suatu bentuk bumi,semacam peta yg diciptakan bersama-sama dengan para sarjana lainnya,maka  peta inilah yg merupakan peta langit dan bumi yg pertama dalam dunia Islam.Sedangkan dalam perkembangan selanjutnya karangan Al-Idrisy tentang Geografi yg ditulisnya untuk Raja Roger III dari Sicilia pada abad 12 menjadi pegangan para ahli peta Eropa selama 350 th kemudian.Peta itu sangat mengagumkan karena tepat dan saksama,bahkan juga memberikan tanda-tanda pada sumber-sunber sungai Nil di pedalaman Afrika.Selain Al-Idrisy,ahli Ilmu Bumi lain yg terkenal adalah Yakut (1179-1229) yg masyhur sebagai sarjana pertama yg menyusun kamus tentang Ilmu Bumi.

Adapun para musafir yg paling terkenal adalah Ibnu Batutah yg oleh para sarjana modern dianggap sebagai musafir terbesar dalam zaman pertengahan.Setelah menamatkan pelajaran ia menunaikan ibadah haji,yg merupakan permulaan perjalanannya melintasi separo dunia selama 24 th.Selain mengunjungi negara-negara Arab ia pergi ke Turki,Bulgaria,Rusia,Persi,Asia Tengah.Di India ia menetap beberapa tahun lamanya,mula-mula ia di angkat sebagai Hakim (Kadi) oleh Sultan Delhi kemudian sebagai Duta ke Tiongkok,dgn melalui lautan dan singgah di Pasai Sumatera ia menjelajahi negara yg amat luas itu.Negeri Tiongkok yg luas itu di jelajahinya pula.Dalam perjalanan pulang ke negerinya yg kedua dikunjungi seluruh wilayah Spanyol dan Afrika Barat sampai daerah sungai Neger.Dalam perjalanannya itu ia mengumpulkan bahan keterangan tentang Ilmu Bimi yg terkemuka sepanjang masa.Selain itu ia memberian keteranganpu tentang seluk beluk politik,pemerintahan,keadaan sosial dan ekonomi dari semua negara yg dikunjungi.Karena perhatiannyatehadap agama sangat besar,maka di mana-mana ia selalu berusaha untuk bergaul gn para sarjana dan alim’ulama,sehingga ia memberikan laporan kehidupan keagamaan pada abad ke 14.Pengalaman perjalanannya itu kemudian ditulis dalam bukunya “Rihlah Ibnu Batutah”(Perjalanan Ibnu Batutah) yg kemudian diterjemahkan dalam berbagai bahasa.

Dalam pelayaranumat Islam pun amat banyak jasanya.Armada-armada Islam telah lama menguasai Lautan Merah.Begitu pula jalan perdagangan lewat laut ke Tiongkok,India,Indonesia dan pantai Timur Afrika.Sebab itu mereka banyak memounyai peta-peta laut,bahkan juga kompas yg sangat berguna dalam pelayaran itu orng Islam lah yg mula-mula menemukannya.Sebab itu tidaklah aneh jika kemudian Vasco de Gama dalam pelayarannya ke Timur lewat Tanjung Harapan,menggunakan seorang juru mudi muslim bernama Ibnu Majid.Mualim itu membawa peta laut yg baik sekali,yg dibuat oleh ahli-ahli Islam.Selain itu sangat besar sekali kemungkinannya bahwa sarjana-sarjana Islam lah yg telah memberikan sumbangan terhadap penemuan Benua Amerika.Karena dalam sebuah surat yg dibuat di Tahiti tertanggal Oktober 1498 Colombus menyebut Aventuez (Averroes) sebagai seorang di antara penulis-penulis yg menyebabkan ia menerka adanya dunia baru.

Demikianlah betapa banyaknya pengalaman da pengetahuan umat Islam dalam pelayaran.Karena itu tidaklah aneh jika dalam dunia pelayaran sekarang banyak istilah-istilah yg berasal dari bahasa Arab seperti Admiral(Laksamana),Gabel (kawat),Monsson(musim),Doane,tarif  dsb.Semuanya menjadi bukti tentang pengaruh Islam pada peradaban Barat modern sekarang.

“Salam Mbois”


Menurut: Syaikh Ibnu Athoillah
Kitab: Al-Hikam

JANGANLAH KERANA KELAMBATAN MASA PEMBERIAN ALLAH KEPADA KAMU, PADAHAL KAMU TELAH BERSUNGGUH-SUNGGUH BERDOA, MEMBUAT KAMU BERPUTUS ASA, SEBAB ALLAH MENJAMIN UNTUK MENERIMA SEMUA DOA, MENURUT APA YANG DIPILIH-NYA UNTUK KAMU, TIDAK MENURUT KEHENDAK KAMU, DAN PADA WAKTU YANG DITENTUKAN-NYA, TIDAK PADA WAKTU YANG KAMU TENTUKAN.
Apabila kita berkehendak mendapatkan sesuatu baik urusan duniawi maupun urusan ukhrawi maka kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Jika usaha kita tidak mampu menggapai kehendak tersebut kita akan meminta pertolongan pada orang yang mempunyai kekuasaan untuk itu. Jika mereka juga tidak mampu membantu kita untuk mencapai kehendak kita maka kita akan memohon pertolongan kepada Allah SWT, menadahkan tangan ke langit sambil air mata bercucuran dan suara yang merayu-rayu menyatakan hajat kepada-Nya. Selagi hajat kita belum tercapai, selama itu pulalah kita bermohon dengan sepenuh hati. Tidak ada kesulitan bagi Allah SWT untuk memenuhi hajat kita. Seandainya Dia mengaruniakan kepada kita semua yang ada di dalam bumi dan langit maka pemberian-Nya itu tidak sedikit pun mengurangi kekayaan-Nya. Andainya Allah SWT menahan dari memberi maka tindakan demikian juga tidak sedikit pun menambahkan kekayaan dan kemuliaan-Nya. Jadi, dalam soal memberi atau menahan tidak sedikit pun memberi kesan kepada ketuhanan Allah SWT. Ketuhanan-Nya adalah mutlak tidak sedikit pun terikat dengan kehendak, doa dan amalan hamba-hamba-Nya.

Dan Allah berkuasa melakukan apa yang di kehendaki-Nya. ( Ayat 27 : Surah Ibrahim )

Semuanya itu tunduk di bawah kekuasaan-Nya. ( Ayat 116 : Surah al-Baqarah )

Ia tidak boleh ditanya tentang apa yang Ia lakukan, sedang merekalah yang akan ditanya kelak. ( Ayat 23 : Surah al-Anbiyaa’ )
Sebagian besar dari kita tidak sedar bahwa kita mensyirikkan/menyekutukan Allah SWT dengan doa dan amalan kita. Kita jadikan doa dan amalan kita sebagai kuasa penentu atau setidak-tidaknya kita menganggapnya sebagai mempunyai kuasa tawar menawar dengan Tuhan, seolah-olah kita berkata, “Wahai Tuhan! Aku sudah mengajukan tuntutan maka Engkau wajib memenuhinya. Aku sudah beramal maka Engkau wajib membayar upahnya!” Siapakah yang berkedudukan sebagai Tuhan, kita atau Allah SWT? Andaikan kita tahu bahwa diri kita ini adalah hamba, maka berlagaklah sebagai hamba dan jagalah adab,sopan santun terhadap Tuan kepada sekalian hamba-hamba. Hak hamba ialah rela dengan apa telah menjadi keputusan dan pemberian Tuannya.
Doa adalah penyerahan bukan tuntutan. Kita telah berusaha tetapi gagal. Kita telah meminta pertolongan makhluk tetapi itupun juga gagal. Apa lagi pilihan yang masih ada kecuali menyerahkan segala urusan kepada Tuhan yang di Tangan-Nya terletak segala perkara. Serahkan kepada Allah SWT dan tanyalah kepada diri sendiri mengapa Tuhan menahan kita dari mendapatkan apa yang kita imginkan? Apakah tidak mungkin apa yang kita inginkan itu boleh jadi mendatangkan mudarat/bahaya kepada diri kita sendiri, hingga lantaran itu Allah SWT Yang Maha Penyayang menahan keingininan kita sampai kepada kita? Bukankah Dia Tuhan Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang lagi Maha Mengetahui.

Tidakkah Allah yang menciptakan sekalian makhluk itu mengetahui (segala-galanya)? Sedang Ia Maha Halus urusan Tadbiran-Nya, lagi Maha Mendalam Pengetahuan-Nya. ( Ayat 14 : Surah al-Mulk )

Dialah yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, (dan Dialah jua) yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. ( Ayat 18 : Surah at-Taghaabun )

Apa sahaja ayat keterangan yang Kami mansuhkan (batalkan), atau yang Kami tinggalkan (atau tangguhkan), Kami datangkan ganti yang lebih baik daripadanya, atau yang sebanding dengannya. Tidakkah engkau mengetahui bahawasanya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu? ( Ayat 106 : Surah al-Baqarah )
Allah SWT Maha Halus (Maha Terperinci/Detail), Maha Mengerti dan Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Allah SWT yang bersifat demikian menentukan buat diri-Nya yang apa saja yang Dia hapuskan digantikannya dengan yang lebih baik atau yang sama baik. Dia boleh berbuat demikian karena Dia tidak bersekutu dengan sesiapa pun dan Dia Maha Berkuasa.
Seseorang hamba sentiasa membutuhkan kepada pertolongan Tuhan. Apa yang diinginkannya disampaikannya kepada Tuhan. Semakin banyak keinginannya semakin banyak pula doa yang disampaikannya kepada Tuhan. Bahkan kadang-kadang terjadi satu permintaan berlawanan dengan permintaan yang lain atau satu permintaan itu menghalang permintaan yang lain. Manusia hanya melihat kepada satu doa tetapi Allah SWT menerima kedatangan semua doa dari satu orang manusia itu. Manusia yang dikuasai oleh kalbu jiwanya berbolak-balik dan keinginan serta hajatnya tidak menetap. Tuhan yang menguasai segala perkara tidak berubah-ubah. Manusia yang telah meminta satu kebaikan boleh meminta pula sesuatu yang tidak baik atau kurang baik. Tuhan yang menentukan yang terbaik untuk hamba-Nya tidak berubah kehendak-Nya. Dia telah menetapkan buat Diri-Nya:

Bertanyalah (wahai Muhammad): “Hak milik siapakah segala yang ada di langit dan di bumi?” Katakanlah: “(Semuanya itu) adalah milik Allah! Ia telah menetapkan atas diri-Nya memberi rahmat.” (Ayat 12 : Surah al-An’aam )
Orang yang beriman selalu mendoakan:
“Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari azab neraka”. ( Ayat 201 : Surah al-Baqarah )
Hamba yang mendapat rahmat dari Allah s.w.t diterima doa di atas dan doa tersebut menjadi induk kepada segala doa-doanya. Doa yang telah diterima oleh Allah s.w.t menapis doa-doa yang lain. Jika kemudiannya si hamba meminta sesuatu yang mendatangkan kebaikan hanya kepada penghidupan dunia saja, tidak untuk akhirat dan tidak menyelamatkannya dari api neraka, maka doa induk itu menahan doa yang datang kemudian. Hamba itu dipelihara daripada didatangi oleh sesuatu yang menggerakkannya ke arah yang ditunjukkan oleh doa induk itu. Jika permintaannya sesuai dengan doa induk itu dia dipermudahkan mendapat apa yang dimintanya itu.
Oleh sebab itu doa adalah penyerahan kepada Yang Maha Penyayang dan Maha Mengetahui. Menghadaplah kepada-Nya dan berserah dirilah kepada-Nya serta ucapkan, “Wahai Tuhanku Yang Maha Lemah-lembut, Maha Mengasihani, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana! Daku adalah hambamu yang bersifat tergopoh gapah, lemah dan jahil. Daku mempunyai keinginan tetapi daku tidak mengetahui akibat akhirnya bagiku, sedangkan Engkau Maha Mengetahui. Sekiranya hajatku ini baik akibatnya bagi dunia dan akhiratku dan melindungiku dari api neraka maka kurniakan ia kepadaku pada saat yang baik bagiku menerimanya. Jika kesudahannya buruk bagi dunia dan akhiratku dan mendorongku ke neraka, maka jauhkan ia daripadaku dan cabutkanlah keinginanku terhadapnya. Sesungguhnya Engkaulah Tuhanku Yang Maha Mengerti dan Maha Berdiri Dengan Sendiri”.

Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dirancangkan berlakunya, dan Dialah juga yang memilih (satu-satu dari makhluk-Nya untuk sesuatu tugas atau keutamaan dan kemuliaan); tidaklah layak dan tidaklah berhak bagi sesiapapun memilih (selain dari pilihan Allah). Maha Suci Allah dan Maha Tinggilah keadaan-Nya dari apa yang mereka sekutukan dengan-Nya. { Ayat 68 : Surah al-Qasas }

by : Lereng Gunung Geger

“Salam Mbois Selalu”


Selain memerlukan astronomi,agar umat islam dapat menjalankan kewajiban agamanya,mereka juga sangat memerlukan matematik (ilmu hitung).Bukankah kewajiban membayar zakat,pembagian harta warisan memerlukan pengetahuan tentang itu.Hal itu mendorong mereka untuk mempelajari matematika.Mula-mula mereka pelajari dari buku Yunani dan India yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya Sarjana Islam lah yang menemukan Aljabar,Ukur,bahkan juga angka yang dipakai di seluruh dunia pada masa sekarang.

Sebelum memakai angka Arab,dunia Barat bersandar pada angka Romawi yang kaku ituKalau menurut sistim desimal bilangan 1848 dapat ditulis dengan empat buah angka,maka dengan memakai angka Romawi diperlukan sebelas buah angka,ini jadinya MDCCCXLVIII.Sudah jelas untuk memecahkan soal ilmu hitung yg paling sederhana sekalipun,angka Romawi itu memerlukan banyak sekali pemakaian waktu dan kerja.Sebaliknya kalau kita bandingkan,maka angka-angka Arab menyederhanakan pekerjaan ilmu pasti yg pelik,jika para sarjana tetap bergantung pada angka Romawi yg tidak memiliki kesederhanaan dan kelenturan yang ajaib dari pada sistim desimal dan kemegahannya yang pertama yaitu angka nol.Meskipun angka Arab itu asal mulanya orang Hindu yang menemukannya,namun bangsa Arab lah yang merubahnya menjadi suatu sistim yg dapat dikerjakan,dan angka nol yang ditemukan oleh Muhammad bin Ahmad pada tahun 976,adalah suatu penemuan yg merupakan revolusi dalam ilmu pasti.

Selain angka nol dan sistim desimal,para sarjana Islam melengkapi denga alat yg baik sekali bukan saja untuk keperluan sehari-hari melainkan juga untuk melakukan pekerjaan yg rumit sekali dalam lapangan ilmu pasti.Merekalah yg menemukan Aljabar.Sebenarnya nama itu berasal dari nama sebuah buku yg disusun oleh AL-Hawarizmi yg berjudul “Al-Jabru wal Muqobbala”(perhitungan dengan lambang-lambang).Buku itu kemudian diterjemahkan dalam bahasa latin,sehingga buku pelajaran ilmu pasti,yg terutama dipelajari pada universitas-universitas di Eropa sampai abad ke-16.Dalam perkembangan selanjutnya ilmu Aljabar berkembang pesat sekali berkat usaha Umar Khayyam (385-929).Sarjana muslim yg terakhir ini terkenal pula sebagai ahli dalam Ilmu Ukur Analistis.Sebelum itu Al-Battani (585-929)adalah terkenal sebagai sarjana muslim yang pertama menemukan Trigonometri (Ilmu Ukur Segitiga).

“Salam Mbois”


Imam Raazi rahmatullahi alayhi telah menulis suatu kisah yang diriwayatkan oleh seorang yang sholeh. Orang sholeh itu meriwayatkan:

“Satu malam aku sedang berjalan di sepanjang tepi sungai, tiba-tiba mataku tertuju pada seekor kalajengking sedang berjalan di depanku. Aku terpikir bahwa ini juga ciptaan Allah SWT, dan Allah telah menciptakannya atas beberapa kebijaksanaan dan alasan. Aku tak tahu darimana ia(kalajengking) datang dan kemana kan pergi, atau dimana rumahnya.

Dalam hati aku berkata bahwa aku ada waktu dan saatnya aku keluar jalan-jalan, maka aku akan ikuti kalajengking ini. Kalajengking itu berhenti pada satu titik di tepi sungai dan aku bediri mendekatinya. Setelah beberapa saat, aku melihat seekor kura-kura berenang menuju ke arah si kalajengking. Aku terkejut,

kalajengking itu melompat ke atas punggung si kura-kura. Karena bagiku ini satu kejadian yang aneh (tidak biasa), aku memutuskan untuk melihat kemana si kalajengking itu akan pergi. Aku terus mengawasi sepanjang perjalanannya untuk melihat apa yang terjadi.
Kalajengking itu melompat dari punggung kura-kura ke seberang tepi sungai dan berlari terburu-buru menuju arah tertentu. Lebih jauh, aku melihat seorang laki-laki tidur di bawah pohon. ku berpikir bahwa kalajengking mungkin menggigit orang itu, sehingga, aku harus cepat-cepat harus membangunkan dia. Tepat saat aku tiba di dekatnya, aku melihat ular berbisa dengan mulut terbuka lebar berdiri didekat kepala pria itu. Tiba-tiba kalajengking menyerang ular tersebut dan menyengat begitu cepat, hingga ular jatuh ke tanah tak berdaya.

kejadian seperti ini belum pernah aku temui sebelumnya, aku berpikir bahwa ini pasti seorang yang sangat saleh. Aku mendekati dia untuk meminta doa-doa tetapi aku terkejut menemukannya dalam keadaan mabuk. Tepat pada saat orang itu bangun, dan aku menceritakan kepadanya kejadian yang baru saja terjadi. Pria itu sangat tersentuh dengan apa yang dia dengar dan segera bertobat.

Rahmat Allah selalu diarahkan kepada hamba sahaya-Nya, hanya jika kita berpaling ke arahNYA. “

Dalam AlQuran Surat Ali Imran ayat 190-191, Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal ; (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka tetap memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan Kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini sia-sia, Mahasuci Engkau, lindungi kami dari azab neraka”.

Dalam ayat ini, Allah jelas-jelas menyebutkan bahwa orang yang disebut dengan ulil albab (orang-orang yang berfikir) adalah orang yang tidak bisa lupa pada Allah. Semua yang didengar, dilihat, dan dirasa mengingatkannya pada Allah dan tidak ada satupun ciptaan Allah yang sia-sia. Begitu pula dalam setiap kejadian, sudah seharusnya setiap kejadian menjadi pengingat kita akan Allah baik kejadian baik maupun buruk menurut kita.
Yang berbahaya dari suatu kejadian adalah ketika kejadian itu menjauhkan kita dari Allah. Sepanjang suatu kejadian bisa membuat kita dekat dengan Allah, kita bisa menganggapnya sebagai berkah. Kita bisa jadikan setiap episode hidup sebagai momentum untuk menjadi lebih dekat kepada Allah.

By : Anis Syaidah

“Salam Mbois selalu”


Imam ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
Diantara tanda kebahagiaan dan keberuntungan,tatkala ilmu seorang hamba bertambah,bertambah pulalah sikap rendah hati (tawadhu’) dan sikap kasih sayang yg dimilikinya,setiap kali bertambah amalnya bertambah pula rasa takut dan waspada didalam dirinya,tatkala bertambah umurnya berkuranglah ketamakan terhadap dunia,tiap kali hartanya bertambah bertambah pula kedermawanannya,setiap kali kedudukan dan martabatnya bertambah tinggi maka bertambah pula kedekatannya kepada manusia,dirinya akan semakin memperhatikan kebutuhan mereka,merendahkan diri dihadapan mereka.

Diantara tanda kebinasaan seorang hamba,tatkala bertambah ilmunya,bertambah pula kesombongan dan keangkuhannya,tiap kali amalnya bertambah,bertambah pula ‘ujub (bangga) dalam dirinya,semakin meremehkan orang lain dan justru memandang baik dirinya,ketika umurnya bertambah ketamakannya terhadap dunia justru semakin bertambah,tiap kai hartanya bertambah bertambah pula sifat kikir yang di milikinya,setiap kali kedudukan dan martabatnya bertambah,bertambah pula keangkuhan dan kecongkakkannya.

Seluruh hal diatas merupakan cobaan dari Allah SWT yg diperuntukan kepada hamba-Nya,di antara mereka ada yg beruntung,sebagian yg lain justru banyak yg celaka.

Demikian pula dgn kemuliaan,seperti kerajaan,kekuasaan,dan harta semua adalah cobaan.Allah SWT berfirman yang artinya;
“Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak dihadapannya,Ia pun berkata;Ini termasuk Kurnia Rabb-Ku untuk mencoba aku,apakah aku bersyukur atau mengingkari(akan nikmat-Nya)'(QS.An Naml: 40)

Demikian pula kenikmatan,semua adalah cobaan dari-Nya,sehingga akan nampak siapa yg bersyukur dan siapa yang kufur (ingkar).Sebagaimana musibah adalah cobaan dari-Nya,karena Dia menguji para hamba dengan berbagai nikmat dan musibah.

Allah ta’ala berfirman:
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dirinya di muliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan,Maka akan berkata:”Tuhanku telah memuliakanku”,Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu mempersempit rizkinya,dia berkata:”Tuhanku menghinakanku”.(QS. Al Fajr).

Maksud dari ayat di atas,tidak setiap orang yang Aku lapangkan rizkinya dan Aku beri kesenangan duniawi,maka itu merupakan bentuk permuliaan Ku terhadapnya.Dan tidak setiap orang yang Aku persempit rizkinya dan Aku uji dengan kemiskinan,maka itu merupakan kehinaan baginya.

Waffaqaniyalahu Wa iyyakum…

“Mengandung Mbois”


Timbullah hasrat kehendak Alloh menjadikan terwujudnya dirimu,dengan adanya wujud dirimu menunjukkan akan adanya Alloh dengan sesungguhnya.Alloh itu tidak mungkin ada dua apalagi tiga,siapa yang mengetahui asal muasal kejadian dirinya,saya berani memastikan bahwa orang itu tidak akan membanggakan dirinya sendiri..
Adanya sifat Jamal itu ialah sifat yang selalu berusaha menyebutkan bahwa pada dasarnya adanya dirinya,karena ada yg mewujudkan adanya.Demikianlah yang di firmankan Alloh kpd nabi Muhammad Saw yang menjadi kekasih Nya..
Kalau tidak ada dirimu Alloh tidak dikenal / disebut sebut,Hanya dengan sebab ada kamulah yang menyebutkan keberadaan Ku,sehingga kelihatan seolah olah satu dengan dirimu.dan Aku(Alloh)menjadikan dirimu.Wujud mu menunjukkan Dzat Ku..
Tauhid hidayah yang sudah ada padamu,menyatu Tuhan,menyatu dengan Alloh,baik didunia maupun di akherat.Dan kamu merasa bahwa Alloh itu ada dalam dirimu..
Ruh idhofi ada dalam dirimu,makrifat sebutannya.Hidupnya disebut syahadat (kesaksian),hidup tunggal dalam hidup,Sujud rukuk sebagai penghiasnya.Rukuk berarti dekat dengan Tuhan pilihan..
Penderitaan yang selalu menyertai menjelang ajal (sekarat) tidak terjadi padamu,jangan takut menghadapi sakratul maut,dan jangan ikut ikutan takut menjelang pertemuan mu dgn Alloh,perasaan takut itulah yang disebut sekarat,Ruh idhofi tak akam mati : hidup mati,mati hidup..
Mati didalam kehidupan atau sama dengan hidup dalam kematian ialah hidup abadi,yang mati itu nafsunya.Lahiriah badan yang menjalani mati,tertimpa pada jasad yang sebenarnya.Kenyataan wujud.Raga sirna,sukma mukhsa.Jelasnya mengalami kematian..
Syech Malaya (Sunan Kalijaga) terimalah hal ini sebagai ajaranku dgn hatimu yang lapang.Anugerah berupa wahyu akan datang padamu..*terjemah suluk linglung Sunan Kalijaga*

“Salam Mbois”